Selasa, 22 Oktober 2013

DO'A UNTUK SAHABAT

Aku senang sekali ketika ada sms tiba-tiba masuk ke hpku. Sms yang selalu ku tunggu-tunggu, ini bukan sms dari sang kekasih atau dari sang pujaan hati, akan tetapi aku selalu menantikan sms dari seorang sahabat nan jauh di pulau seberang.

Maklumlah sms adalah satu-satunya alat komunikasi yang dapat kami pergunakan selama ini, agar persahabatan kami tidak terputus. Meskipun saat ini sudah ada e-mail, facebook dan twiter, kami belum bisa menggunakan sarana ini karena sahabatku tinggalnya di desa yamg terpencil.

Sepuluh tahun yang lalu aku mengenal dia. Kami saling mengenal karena kami satu tim kerja di sebuah perusahaan produk sepatu di daerah Gempol – Pasuruan. Perusahaan ini lumayan besar dan berjaya pada masa itu, (sebelum krisis moneter tahun 1998). Para karyawan yang jumlahnya ribuan mendapatkan fasilitas antar jemput berupa angkutan bus. Jadi karyawan yang tinggalnya di pelosok-pelosok desa tidak akan khawatir lagi, meskipun sistem kerja dibagi menjadi 3 shift, pagi, sore dan malam.

Sebenarnya tidak seberapa lama aku mengenal dia, kalau dibandingkan dengan teman-temanku yang lain, karena sebelumnya dia dan aku tidak satu tim. Waktu aku menikah saja dia tidak ku undang karena aku belum terlalu dekat dengan dia. Begitu pula ketika dia menikah, aku juga tidak mendapat undangan pernikahan dari dia.

Entah karena apa, apa karena kecocokan, atau karena senasib, sehingga persahabatan kami sampai saat ini bisa bertahan. Kami terpisahkan karena perusahaan tempat kami bekerja gulung tikar dan para karyawan diphk secara masal pada tahun 2002.

Kami mencari jalan kehidupan masing-masing. Karena sulitnya mencari pekerjaan pada saat itu, dan aku harus tetap mencari nafkah untuk buah hatiku, karena suami tercinta telah dipanggil ke Rahmatullah. Aku terpaksa meninggalkan kampung halaman dan bekerja di pulau Borneo, tepatnya di kota Samarinda. Menyusul kakak-kakakku yang terlebih dahulu merantau di kota ini.


Sekian tahun aku di pulau Borneo dan dia di tanah Jawi, persahabatan kami tetap terjalin dengan indahnya, meskipun kami jarang sekali bertemu. Sebelum maraknya penggunaan hp, kami jarang sekali berkomunikasi, kami hanya bisa berkomunikasi lewat telpon di War-Tel. Bahkan kami sempat terputus hubungan karena, aku kehilangan hp dan secara otomatis nomor-nomor hp yang ku punya hilang semua termasuk nomor hp sahabatku. Nomor hp keluargaku di Jawa bisa ku dapat dari keluargaku yang tinggal di sini. Tapi nomor hp sahabatku, aku dapat dari mana, kalau aku tidak pulang ke Jawa? Itulah sebabnya kami sempat putus hubungan selama satu tahun lamanya.

Ternyata dia masih ingin menjalin hubungan persahabat denganku, sehingga dia punya inisiatif mendatangi keluargaku yang masih tinggal di Jawa untuk menanyakan nomor hpku yang baru, padahal jarak rumah keluargaku dengan rumahnya lumayan jauh. Dia tinggal di Mojokerto dan keluargaku tinggal di Sidoarjo. Aku sangat salut sama dia, karena biarpun kami telah terpisahkan oleh jarak dan waktu, tapi dia tidak ingin putuskan persahabat denganku.

Jika aku pulang ke Jawa, aku selalu sempatkan waktu datang ke rumahnya, dan jika dengan terpaksa aku tidak sempat ke rumahnya, dialah yang datang ke rumah keluargaku, agar bisa bertemu denganku untuk melepaskan rindu. Itulah sebabnya aku tak ingin kehilangan dia, sahabat yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka. Sahabat tempat aku berbagi dalam berbagai situasi.


Malam itu, ku kira dia yang smsi aku, dengan senang hati ku angkat hpku, karena aku ingin segera membuka  isi sms dari sahabatku. Tapi betapa kecewanya hatiku, karena itu bukan sms dari sahabatku. Dan semakin malas aku membukanya karena sms itu dari nomor yang tiada bernama. Karena aku penasaran sama sms itu, yang sekilas terbaca dari deretan kalimatnya, ada tertera nama sahabatku, maka ku buka sms itu.

Sms itu sok akrab banget seperti dia sudah lama mengenalku, ketika ku tanya, dia mala menyuruhku nanya sama sahabatku. Dan ketika ku tanya sahabatku, dia bilang: temenku gitu aja. Aku sudah menebak-nebak, bahkan aku sudah menganggap bahwa itu adalah nomor hp keponakan sahabatku, karena orang yang paling deket sama sahabatku dan yang menggenalku cuma ponakan sahabatku yang bernama Djee.

Karena aku masih ragu dan penasaran sama orang itu, maka ku biarkan saja dia smsi aku dan tetap ku balas smsnya, walaupun sahabatku sudah berpesan kepadaku, agar mengabaikan sms itu. Ketika dia sms macam-macam dan sudah menjelek-jelekan sahabatku, aku mulai nyadar bahwa itu bukanlah Djee. Meskipun aku sakit hati karena dia sudah ngomong yang nggak-nggak tentang sahabatku, tapi aku tetap bertahan dan membalas sms itu, karena aku ingin tau apa maunya orang itu.

Dan pada puncaknya, ya kemarin itu. Aku sudah nggak tahan lagi, sms orang itu (malam kamis jam setengah 12) tetap ku balas, karena aku masih penasaran sama orang itu, meskipun sms itu sangat menggangguku. Malam itu aku nggak bisa tidur terus saja kepikiran sahabatku, dalam kegalauan itu aku sms sahabatku dan nggak ada balasan, aku maklum karena malam itu sudah tengah malam dan pasti dia sudah terlelap. Karena aku belum juga bisa pejamkan mataku, akhirnya ku putuskan mengambil air wudhu dan aku bersujud.

Dalam do’a malam itu air mataku sudah tak dapat terbendung lagi, aku memohon kepada Yang Maha Kholiq: “Ya… Allah rangkulah sahabatku Ningsih, bawa dia kembali ke jalanMu dan jangan biarkan dia sendiri dalam kegelapan.”

Aku nggak tau lagi jam berapa aku terlelap. Seperti biasa pagi aku tetap menjalani aktifitasku, tapi hatiku tetap saja nggak bisa tenang. Ku lihat di hp sahabatku membalas smsku “ma’af aq nggak tau smsmu.” Ku biarkan saja sms itu dan nggak ku balas.

Di kantor aku tetap seperti biasa kerja dan ku selesaikan pekerjaanku secepatnya karena aku ingin e-mail ke Djee. Dalam kegalauan, setelah makan siang aku sms sahabatku, karena aku nggak sabar menunggu berita dari Djee. Seperti biasa aku cuma basa-basi, nggak to the point.
Ning, kapan kamu kembali?” Tu smsku.

Aku sms seperti itu karena aku sangat mencemaskan keadaan sahabatku. Isi sms nomor tak bernama itu seolah-olah memojokan sahabatku. Aku tak ingin sahabatku terlalu jauh melangkah, sehingga membuat dia tersesat ke jalan yang berlawanan arus. Itulah sebabnya aku nggak bisa tenang dan selalu memikirkan dia.
Kembali kemana?”  Ningsih membalas.

“Ke jalanmu Ning!” Aku membalas lagi.

Nggak taulah In” Rupanya dia tau arah pembicaraanku.

“Lebih baik mataku buta dan telingahku tuli dari pada aku melihat dan mendengar berita yang nggak menyenangkan tentang dirimuKu sms lagi.

“Kamu dengar apa tentang aku” Ningsih membalas lagi.

“Aku nggak akan katakan itu, karena aku nggak ingin melukai hatimu” Itu smsku.

“Anggap itu semua benar dan kamu nggak usah mikirin itu semua” Balas sahabatku.

“Jadi kamu menginginkan, bahwa kamu bukan sahabatku lagi” Jawabku.

“Bukan itu maksudku” Balas sahabatku.

“Kamu nggak usah berpikir seperti itulah In, aku cuma nggak pingin kamu kepikiran gara-gara aku” Ningsih sms lagi.

“Aku nggak bisa Ning, kalo nggak mikirin, jika itu bener-bener terjadi sama kamu!” Aku membalas lagi.
Terus aku di smsi oleh nomor tak bernama itu: “Kamu ngomong apa sama Ningsih, dia ngamuk-ngamuk sama aku.

Aku baru nyadar kalo orang yang nggak ku kenal itu adalah temen deket sahabatku di balai desa, tempat dimana Nigsih bekerja. Rupanya di balai desa sana telah terjadi pertengkaran antara Ningsih dan temen deketnya karena sms itu. Aku abaikan sms dari nomor tak dikenal itu, karena sahabatku meminta kepadaku agar sms orang yang nggak ku kenal itu dialihkan ke hpnya Ningsih, bahkan sampai 3 kali dia meminta ke aku, jujur aku merasa keberatan menuruskan semua sms itu, karena aku nggak ingin melukai sahabatku,  kalimat di sms itu bener-bener akan menyakiti hati sahabatku.

“Pa kamu bisa menjaga emosimu, jika da tau isi sms itu?” Aku masih ragu tuk mengalihkan sms itu.

“Udalah In kirim aja ke aku! Aku bisa kok menjaga emosiku!” Balas sahabatku.

“Aku nggak mau hatimu terluka Ning!” Aku balas kembali.

“Kalo kamu nggak mau alihkan sms itu ke aku, jangan anggap aku sahabatmu lagi.Itu sms Ningsih yang membuat hatiku melemah. Akhirnya dengan berat hati ku kirim sms orang nggak ku kenal itu ke Ningsih.

Perangpun berkobar, aku nggak tau apa yang terjadi di balai desa sana….

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog List