Sabtu, 19 April 2014

Menunggu Bintang

Sang mentari mulai temggelam di ufuk barat. Itu suatu pertanda bahwa tugasnya telah berakhir. Langit mulai dihiasi oleh kiasan berwarna jingga. Seiring datangnya warna gelap yang menyelimuti langit biru, kiasan berwarna jingga perlahan menghilang. Awan hitam datang berarak-arak menutupi indahnya malam. Kecantikan malam semakin memudar.

Aku duduk di sini. Di bawah langit yang semakin kelam. Aku menunggumu. Menunggu bintang yang engkau janjikan. Bintang yang bersinar terang. Tapi tak satupun bintang yang tampak di sini. Yang ada hanyalah sepi. Begitu sepi sesepi hatiku. Gelap segelap rasa yang ada di dalam jiwaku. Rintihan kerinduan begitu menyayat.

Rembulan yang biasanya menghiasi indahnya malam tak jua ada di atas sini. Yang ada hanyalah gelap. Kecantikan wajah sang rembulan tak tampak karena dihalangi oleh gumpalan awan hitam. Wajah cantik sang rembulan yang anggun menjadi murung dan sedih. Dia sangat kecewa. Seperti kekecewaan dalam hatiku. Sejak senja dia sudah bersolek dan ingin menampakan wajah cantiknya, tapi awan gelap menghalanginya.

Aku masih di sini. Tetap menunggu hingga larutpun tiba. Tapi bintang yang kau janjikan tak jua datang. Yang ada hanya rintihan binatang malam yang kedinginan. Seperti rintihan dalam hatiku yang menunggumu dalam kesepian.

Teman malamku pun mulai berdatangan. Hembusan angin malam mendayu-dayu. Melantunkan lagu kerinduan. Membisik syair-syair kesedihan. Seolah-olah mengiris hati yang kesepian. Rasa dinginnya begitu menusuk di kalbu.

Malam semakin larut. Aku tetap di sini, tapi bintang yang kau janjikan tak jua datang. Rasa benci dan rindu mulai datang menyelimuti hatiku. Dua rasa ini bak dua mata pisau yang sama tajamnya menusuk ke dalam dadaku. Begitu perih. Begitu pedih. Tapi kau tak pernah peduli.

Gerimis mulai turun. Menyapu debu-debu di atas dedaunan. Aku segera mencari tempat untuk berteduh. Tapi aku tak jua menyerah. Aku berharap setelah hujan reda, bintang yang kau janjikan akan muncul di atas sana.

Hujan semakin deras. Sederas air mata yang meleleh di pipiku. Tapi engkau tak pernah tahu. Apa yang terjadi di sini. Aku tetap menunggu hingga malampun berakhir. Bintang yang kau janji tak pernah datang. Hanya air mata yang menjadi saksi kepedihan hati ini. 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog List